Fakta Penyebab Utama Kebakaran di Gunung Lawu Yang Makin Meluas

Gunung Lawu adalah salah satu gunung berapi yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, Indonesia, memiliki keindahan alam yang mempesona. Namun, sampai hari ini tanggal 7 Oktober 2023 Gunung Lawu menjadi sorotan karena serangkaian kebakaran hutan yang mengancam ekosistem dan keseimbangan lingkungan malah semakin meluas, bahkan sampai mendekati area hutan diatas Candi Cetho. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah dan otoritas setempat dibantu warga dari berbagai daerah berusaha memadamkan api dan bara api menggunakan water bombing, semprotan memakai pompa air warga, dan pembersihan semak-semak dan ranting-ranting kering agar api tidak dapat menjalar lebih jauh lagi. Tetapi kenapa kebakaran hutan di Gunung Lawu seperti menjadi sebuah kebiasaan alami yang selalu terjadi setiap tahun di musim kemarau? Secara umum, ternyata ada beberapa sebab utama:

1. Cuaca Ekstrem

Salah satu faktor utama penyebab kebakaran hutan di Gunung Lawu adalah cuaca ekstrem, terutama musim kemarau yang panjang dan kering. Cuaca yang sangat kering dapat membuat tanaman, dedaunan, dan ranting-ranting di hutan menjadi sangat mudah terbakar. Angin kencang juga dapat mempercepat penyebaran api, sehingga kebakaran hutan bisa meluas dengan cepat.

2. Manusia

Kehadiran manusia juga berperan penting dalam kebakaran hutan di Gunung Lawu. Kebakaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia, baik disengaja maupun tidak disengaja, seringkali menjadi penyebab utama. Aktivitas seperti pembakaran lahan untuk pertanian, pembuatan ladang, atau bahkan aktivitas vandalisme dapat memicu kebakaran hutan. Selain itu, pembuangan sampah yang tidak benar dan merokok di area hutan juga dapat mengakibatkan kebakaran. Tetapi kebakaran di Gunung Lawu sekarang ini bukan ulah manusia, menurut penduduk setempat yang sering mencari rumput untuk pakan ternak, kebakaran ini dipicu oleh gesekan antara batang-batang pohon di siang hari dan diperparah dengan adanya angin kencang yang sudah terjadi sejak 3 minggu yang lalu.

3. Kelalaian

Kelalaian dalam pengelolaan hutan juga dapat menyebabkan kebakaran. Misalnya, kurangnya pemeliharaan jalur pemadam kebakaran dan sistem peringatan dini di kawasan hutan dapat membuat upaya penanganan kebakaran menjadi lebih sulit. Pengelolaan hutan yang tidak baik, termasuk tidak adanya tindakan preventif seperti membersihkan dedaunan kering dan ranting-ranting di hutan, juga dapat meningkatkan risiko kebakaran.

4. Perubahan Iklim

Perubahan iklim global juga dapat berperan dalam meningkatnya risiko kebakaran hutan di Gunung Lawu. Peningkatan suhu dan pola cuaca yang tidak stabil dapat menciptakan kondisi yang lebih menguntungkan untuk kebakaran hutan. Musim kemarau yang lebih panjang dan intensitas hujan yang berkurang dapat membuat hutan lebih rentan terhadap api.

5. Akses yang Terbatas

Akses yang terbatas ke area hutan dapat menjadi hambatan dalam menangani kebakaran. Kurangnya jalan dan infrastruktur di kawasan hutan bisa membuat tim pemadam kebakaran kesulitan untuk mencapai lokasi kebakaran dengan cepat. Hal ini dapat mengakibatkan kebakaran menjadi lebih sulit untuk diberantas.

Kebakaran di Gunung Lawu sulit dipadamkan karena beberapa alasan utama, yaitu:

Bahan bakar yang melimpah: Hutan alami mengandung banyak bahan bakar alami, seperti dedaunan kering, ranting, batang pohon mati, dan serasah yang dapat dengan mudah terbakar. Saat bahan bakar ini tersedia dalam jumlah yang besar, kebakaran dapat dengan cepat menyebar dan terus berkobar. Apalagi pohon-pohon pinus milik Perhutani juga ikut terjilat api sehingga minyak dari pohon pinus itu memperparah kobaran api yang sedang meluas.

Cuaca yang ekstrim: Faktor cuaca memainkan peran penting dalam kebakaran hutan. Angin kencang dapat membantu menjalarkan api lebih cepat, sementara suhu tinggi dan kelembaban rendah dapat membuat hutan lebih rentan terhadap kebakaran. Cuaca yang ekstrim dapat membuat usaha pemadaman menjadi lebih sulit.

Akses yang terbatas: Kebakaran hutan sering terjadi di daerah yang sulit diakses oleh tim pemadam kebakaran. Medan yang kasar, jauh dari infrastruktur, dan ketersediaan air yang terbatas dapat menghambat upaya pemadaman.

Ukuran dan skala: Kebakaran hutan seringkali terjadi di area yang sangat luas, dan dalam beberapa kasus, mereka dapat menjadi sangat besar. Mengelola dan memadamkan kebakaran skala besar memerlukan sumber daya yang besar dan upaya yang terkoordinasi dengan baik.

Pemberontakan api: Kebakaran hutan dapat menciptakan pemberontakan sendiri, menciptakan pola angin dan suhu yang menghasilkan kondisi yang lebih menguntungkan untuk penyebaran api. Fenomena ini dapat membuat kebakaran sulit untuk diprediksi dan dikuasai.

Sumber daya terbatas: Pemadam kebakaran seringkali harus bersaing untuk mendapatkan sumber daya terbatas, seperti helikopter, pesawat pemadam kebakaran, dan personel pemadam kebakaran. Persaingan ini bisa membuat respons terhadap kebakaran menjadi lebih lambat.

Perubahan iklim: Perubahan iklim telah meningkatkan frekuensi dan intensitas kebakaran hutan di beberapa daerah. Iklim yang lebih kering dan panas dapat meningkatkan risiko kebakaran dan membuatnya sulit untuk diredakan.

Karena berbagai faktor itu tadi, kebakaran hutan seringkali memerlukan upaya pemadaman yang intensif dan berkelanjutan. Hal ini melibatkan penggunaan peralatan pemadam kebakaran, helikopter pemadam kebakaran, pesawat pemadam kebakaran, serta koordinasi dan dukungan dari berbagai badan dan organisasi pemadam kebakaran. Pencegahan kebakaran dan pendidikan masyarakat juga merupakan komponen penting dalam mengurangi risiko dan dampak kebakaran hutan. Mengenali faktor penyebab kebakaran hutan di Gunung Lawu adalah langkah awal yang penting dalam upaya perlindungan dan pelestarian lingkungan alam yang berharga ini. Dengan kesadaran akan penyebab kebakaran hutan ini, kita dapat berusaha untuk menjaga kelestarian Gunung Lawu dan menjaga ekosistemnya agar tetap seimbang. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk melindungi keindahan alam ini, serta untuk mendukung langkah-langkah yang dapat mengurangi risiko kebakaran hutan di masa depan.