Fakta Kerugian Supplier Barang Mentah Akibat Harga Beli Perusahaan Ekspor Furnitur Dibawah Standar

Image by Michel Rohan

Industri furnitur ekspor Indonesia adalah salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Namun, ada masalah yang sering dihadapi oleh banyak supplier furnitur ekspor, yaitu harga beli dari perusahaan ekspor furnitur kepada supplier terlalu rendah, sehingga dapat menyebabkan kerugian di pihak supplier. Dalam postingan kali ini, saya akan membahas mengapa masalah ini muncul dan memberikan solusi praktis untuk mengatasi kerugian akibat harga yang dibawah standar.

Mengapa Harga Terlalu Rendah Menyebabkan Kerugian? Sebelum kita membahas solusi, mari kita pahami mengapa harga terlalu rendah dapat berdampak negatif pada bisnis supplier furnitur ekspor. Berdasarkan pengalaman pribadi saya yang sudah pernah bekerja pada beberapa perusahaan ekspor furnitur di Indonesia selama bertahun-tahun, permasalahan yang dihadapi oleh sebagian besar supplier barang mentah yang menjadi pemasok rutin untuk para eksportir sebenarnya sangat banyak dan kompleks. Secara umum permasalahan yang banyak dan kompleks itu akan saya rangkum menjadi 3, yaitu 3 masalah utama yang paling sering terjadi pada supplier barang mentah ketika berhadapan dengan lingkungan kerjanya sendiri. Beberapa diantaranya adalah:

1. Permasalahan antara supplier dengan penjual kayu, yaitu hutang piutang pengadaan bahan baku. Penjual kayu tidak mau memberikan pinjaman kayu jika supplier belum melunasi pinjaman sebelumnya. Padahal supplier sudah beritikad baik untuk melunasinya tetapi masalahnya adalah kewajiban perusahaan ekspor furnitur kepada supplier dalam status pending dan tidak tahu kapan dana itu akan dicairkan, jadi supplier belum dapat memberi kepastian kepada penjual kayu.

BACA JUGA:

Mengatasi Risiko Pembatalan Pesanan dan Kerugian di Bisnis Ekspor Furniture

Fakta Tentang Pintu Berderit dan Cara Mengatasinya Jika Anda Bukan Tukang Kayu

2. Permasalahan antara supplier dengan para perajinnya sendiri, barang hasil produksi yang ditolak oleh perusahaan harus direvisi tetapi perajin tidak mau melakukannya dengan alasan biaya operasional akan membengkak karena harus bekerja dua kali.

3. Permasalahan antara supplier dengan perusahaan ekspor furnitur, produk milik supplier sudah sampai di negara tujuan dan tidak ada komplain apapun namun pihak perusahaan belum membayarkan kewajibannya kepada supplier.

Permasalahan diatas adalah sudah bukan rahasia lagi. Selalu saja terjadi di lingkungan kerja supplier. Tetapi ada yang lebih berat lagi, yaitu permasalahan antara supplier barang mentah dengan perusahaan ekspor furniture. Ada 3 alasan utama yang melatarbelakangi ini semua. Tiga alasan itu meliputi:

Alasan SATU

Biaya Produksi yang Tidak Tercover: Ketika harga beli dari perusahaan furnitur terlalu rendah, seringkali biaya produksi dan distribusi di pihak supplier tidak tercakup sepenuhnya, yang mana hal ini mengakibatkan kerugian langsung dalam setiap transaksi. Hal yang sering terjadi adalah ketika adanya selisih harga yang tak wajar antara perusahaan furnitur dengan supplier barang mentah, sudah bukan rahasia lagi bahwa di negara kita ada beberapa perusahaan ekspor furnitur nakal walaupun tidak semuanya, tapi ada, banyak kasus dimana perusahaan furniture meminta supplier barang mentah untuk merealisasikan sebuah desain sampel furniture dengan bahan baku kayu jati kualitas terbaik dari perhutani. Tanpa putih, tanpa gubal, tanpa mata, tanpa pulur, sangat istimewa. Harga lama adalah 25 juta/m3 dan harga baru 28 juta/m3. Ketika membuat sampel untuk Buyer, masalah harga menjadi nomor sekian. Supplier barang mentah takkan diberitahu berapa harganya, namun tetap saja disuruh tanda tangan diatas materai dengan dalih membuat stock sambil menunggu ketika sampel itu sudah disetujui oleh Buyer.  Pihak perusahaan biasanya menentukan harga berdasarkan harga kubikasi lama, padahal kenyataannya pihak supplier barang mentah membeli dengan harga baru, sehingga nilai kerugian mereka sudah terasa sejak mulai membuat sampel pertama. Disinilah letak kesalahannya, supplier barang mentah terlalu berambisi untuk memperoleh order melimpah ruah sehingga terlanjur memberikan tanda tangan kontrak kerja. Apabila Supplier tersebut membantah, menyangkal, atau mebela diri dengan cara apapun pasti tidak akan pernah menang. Kenapa begitu?.....Karena dia sudah terlanjur memberi tanda tangan diatas materai yang berkekuatan hukum tetap dan kuat. 

Alasan DUA

Mengakali Kualitas Produk: Dalam upaya untuk menjaga agar tidak mengalami kerugian yang lebih besar, beberapa supplier mungkin cenderung mengorbankan kualitas produk mereka. Misalnya untuk mengakali papan kayu jati kebon yang berwarna putih dengan MC diatas 25% berukuran lebar 15 centimeter setebal 2,5 cm, mereka melakukan treatment khusus menggunakan larutan HCL+H2O2 dengan takaran 3:1 dibawah terik matahari langsung selama lebih dari 5 jam. Simsalabim......kayu jati kebon yang berwarna putih sudah naik kelas menjadi kayu Tepeka, minimal mirip jati alas sampai masuk kedalaman 0,5 centimeter. Tetapi berhubung MC diatas 25% maka setelah dimasukkan kedalam oven kayu selama 3 hari 3 malam dengan temperatur 40-60 derajat celcius, kayu tersebut akan retak dan melengkung sehingga didalam retakan tersebut akan terlihat warna aslinya. Belum sampai disitu saja, kayu harus diluruskan dengan cara diserut, bisa menggunakan mesin serut (planner) ataupun serut manual(panglus). Setelah kayu itu diserut/dipanglus malah berkurang tebalnya menjadi kurang dari 2 cm, sehingga terpaksa membuat suatu produk dengan bahan yang sudah ada itu. Langkah ini memiliki potensi untuk merusak reputasi mereka dalam jangka panjang. Kualitas yang rendah dapat mengakibatkan pelanggan kecewa, menyebabkan komplain, merasa dibohongi, dan akhirnya menyebabkan hilangnya pelanggan yang mungkin beralih ke pesaing yang menawarkan produk yang lebih baik. Oleh karena itu, penting bagi supplier untuk menemukan keseimbangan yang tepat antara harga yang kompetitif dan menjaga kualitas produk yang konsisten untuk memastikan kesetiaan pelanggan dan kelangsungan bisnis yang tetap berlangsung terus-menerus.

Alasan TIGA

Ketidakstabilan Pendapatan: Dalam surat kontrak kerjasama atau Surat Perintah Kerja (SPK) biasanya ada pasal yang berbunyi 'Keputusan perusahaan tidak dapat diganggu gugat'.....ini artinya adalah peringatan secara halus bahwa 'Supplier harus diam dan jangan melawan'. Ketika supplier barang mentah meminta kenaikan harga kepada perusahaan ekspor furnitur, itu adalah pertanda bahwa supplier mengalami kerugian finansial atau sedang mengalami tekanan dari QC lapangan dan kepala produksi atas orderan yang sudah mendekati deadline untuk loading kontainer. Tetapi yang paling sering terjadi adalah bukannya mendapatkan kebahagiaan atas adanya kenaikan harga, melainkan kesedihan karena mendapatkan pinalti yang disebabkan oleh pelanggaran surat kontrak kerjasama dalam pasal sekian yang berbunyi: 'Keputusan perusahaan tidak dapat diganggu gugat'. Pinalti ini dapat menjadi tantangan besar bagi para supplier, karena hal ini ada kaitannya dengan staff keuangan atau bagian pembelian. Staff keuangan juga manusia, mulut bisa tersenyum namun hati orang siapa yang tahu? Bisa jadi akan berpengaruh terhadap harga barang saat ini maupun jumlah order kedepannya, bisa naik, bisa turun......alias fluktuatif. mengakibatkan ketidakstabilan pendapatan yang sulit diprediksi. Hal ini membuat perencanaan investasi jangka panjang menjadi sulit dilakukan dan menyulitkan pengelolaan biaya operasional. Ketidakpastian dalam harga pasar dapat memaksa para supplier untuk mengambil tindakan bodoh yang bisa mempertaruhkan keberlanjutan bisnis mereka. Misalnya berhutang dalam jumlah besar.

Solusi Untuk Mengatasi Alasan-alasan Tersebut: 

Solusi Alasan SATU

Dalam bisnis furnitur, penting untuk mempertimbangkan fokus pada segmen pasar tertentu yang mungkin lebih mampu membayar harga yang lebih tinggi untuk produk berkualitas, yaitu Buyer premium. Salah satu strategi yang efektif adalah dengan mengidentifikasi niche pasar yang benar-benar menghargai kualitas dan gaya unik dari produk furnitur yang Anda tawarkan, misalnya niche premium, niche custom, niche furnitur primitif, dan sebagainya. Dengan cara ini, Anda dapat menargetkan pelanggan yang lebih bersedia untuk berinvestasi dalam furnitur yang lebih tahan lama, memiliki nilai estetika tinggi, dan juga berani membayar dengan harga tinggi. Dengan memahami dan memenuhi kebutuhan niche pasar ini, Anda dapat membangun reputasi sebagai produsen furnitur dengan niche khusus dan meningkatkan potensi keuntungan Anda dalam industri yang kompetitif ini. Jadi sebagai permulaannya, anda musti berjuang untuk menemukan perusahaan ekspor furnitur dalam niche tertentu yang berani membayar dengan harga tinggi dan disiplin dalam hal pembayaran kewajibannya. Anda harus menyesuaikan antara jumlah order dengan batas kemampuan anda, jangan diambil semuanya. 

Disamping itu cobalah untuk melakukan diversifikasi produk. Selain furnitur dengan niche pasar yang saya sebutkan diatas, tawarkan juga produk dengan kualitas standar dengan menggunakan bahan baku kayu yang biasa saja kepada perusahaan ekspor furnitur di kota Anda. Dengan menawarkan produk selain premium, maka Anda akan mempunyai peluang yang terbuka lebar untuk memproduksi berbagai furnitur secara massal sehingga keuntungan Anda juga meningkat secara signifikan. Anda juga dapat menyewa seorang konten kreator yang memahami dunia furnitur untuk memasarkan produk Anda secara online, bisa dengan cara memberi gaji bulanan maupun sistem bagi hasil dengan pembagian keuntungan minimal 95% untuk Anda, dan 5% untuk si konten kreator tersebut. Saran saya: lebih baik dengan cara bagi hasil, kalau sistem gaji bulanan pasti suatu saat Anda akan rugi.

Solusi Alasan DUA

Pada saat supplier menandatangani SPK dari perusahaan ekspor furnitur pasti sudah melalui beberapa pembicaraan dan diskusi. Jika dalam diskusi itu pihak perusahaan mengatakan bahwa semua orderan yang ada harus dibuat menggunakan kayu jati hutan, maka buatlah dengan kayu jati hutan. Jika hal itu terasa memberatkan maka supplier dapat meminta keringanan dengan cara mencampur antara kayu jati hutan dengan kayu jati kebon, dengan catatan bahwa kayu jati kebon itu memiliki MC dibawah 10%. Kalau supplier ingin mengakali bahan baku, misalnya jati kebon yang putih disulap menjadi sewarna dengan jati hutan, maka dia juga harus berkata jujur dan terbuka kepada pihak perusahaan bahwa dia memang memakai treatment khusus. Jangan berbohong. Seandainya tidak diperbolehkan ya jangan marah, jika diperbolehkan ya jangan lupa berterimakasih.

Kayu jati adalah salah satu jenis kayu yang sangat dihargai dalam industri furnitur dan konstruksi karena kekuatan dan daya tahan alaminya. Namun, terkadang kayu jati kebon memiliki warna yang lebih terang dan sering kali membutuhkan waktu untuk mengubahnya menjadi warna yang lebih tua dan kaya seperti kayu jati hutan. Berikut ini adalah cara yang dulu pernah saya lakukan untuk menolong seorang supplier yang terlanjur menandatangani kontrak kerjasama, namun uang muka dari perusahaan malah terpakai untuk biaya berobat anaknya yang masih di rumah sakit. Terpaksa kayu jati kebon saya sulap menjadi jati hutan, karena saya merasa kasihan melihat dia kebingungan. Saat itulah saya mengarahkan beberapa anak buahnya untuk melakukan seperti apa yang saya katakan. Beberapa langkah ini dapat Anda ikuti untuk mengubah warna kayu jati kebun menjadi lebih tua dan tahan lama, tanpa merusak serat kayu, sebagian besar langkah-langkahnya dilakukan dibawah terik matahari yang sangat panas antara jam 12.30 wib sampai 14.00 wib. Langkah pertamanya adalah memilih kayu jati kebon yang berkualitas baik. Pastikan kayu tersebut telah dioven dengan baik (MC 10%-15%) dan bebas dari cacat, gubal, pulur, thothor, geger urang, dan sebagainya. Kemudian diserut sampai rata dan disempurnakan memakai sander-tank dengan amplas kain nomor 300. Setelah selesai jemurlah dibawah terik matahari sambil disemprot merata menggunakan larutan HCL, jangan memakai kuas karena sudah dipastikan tidak bisa merata. Setelah satu jam pori-pori kayu akan terbuka dan warnanya akan menjadi seperti teh yang baru saja diseduh, amplas lagi secara manual dengan amplas kertas nomor 300 kemudian diwarnai menggunakan SHP light brown secara merata, amplas lagi sebentar dan oleskan Teak Oil. Setelah proses pengubahan warna selesai, biarkan kayu tersebut istirahat selama minimal 7 hari untuk memastikan pewarna dan minyak meresap dengan baik. Setelah 7 hari kayu tersebut sudah siap dipakai untuk membuat berbagai macam produk furnitur, dijamin warnanya tidak akan berubah.

Solusi Alasan TIGA

Ketika Anda dihadapkan pada situasi harus menandatangani surat kontrak kerjasama dengan sebuah perusahaan ekspor furnitur, penting untuk memahami dan merasa yakin dengan isi kontrak tersebut. Salah satu hal yang sering kali menimbulkan kebingungan adalah ketika surat kontrak tersebut tampaknya tidak memihak kepada supplier barang mentah. Namun, ada langkah-langkah yang dapat Anda ambil untuk mengatasi kebingungan ini dan menjalani kerjasama yang adil dan saling menguntungkan. Langkah yang harus Anda lakukan adalah membaca dan memahami setiap pasal dalam kontrak dengan seksama. Identifikasi bagian-bagian yang mungkin merujuk pada keuntungan perusahaan ekspor furnitur, dan catat pertanyaan atau kekhawatiran Anda. Jika ada pasal-pasal yang membingungkan atau meragukan dalam kontrak, sangat disarankan untuk menanyakan dulu kepada perwakilan dari perusahaan tersebut. Tetapi jika Anda ragu-ragu dan mencurigai adanya kecurangan dalam pasal-pasal didalamnya, jangan langsung memberikan tanda tangan. Tentu saja akan lebih bijaksana apabila Anda mengajak tetangga atau saudara Anda yang betul-betul memahami seluk-beluk hukum, mengapa harus seperti itu? Karena di lembaran surat kontrak kerjasama biasanya dibubuhi materai, sehingga jika Anda tidak mengajak orang yang faham tentang hukum, dikhawatirkan ada peristiwa di kemudian hari yang menyudutkan Anda dan sudah pasti Anda takkan dapat membela diri. Disamping itu, jangan sampai Anda menampakkan diri bahwa Anda tidak menyukai seorang staff di perusahaan itu. Sudah banyak contoh kejadian semacam ini yang lewat didepan mata saya secara langsung, apa yang terjadi setelah itu? sudah jelas, kelangsungan bisnis akan berhenti, bahkan setelah tidak menjadi supplier di perusahaan itu lagi. 

Semua orang yang sedang berkecimpung dalam hal furnitur, khususnya menjadi supplier atau pemasok tetap suatu perusahaan ekspor furnitur pasti memiliki masalah. Namun level permasalahan setiap orang akan berbeda antara orang yang satu dengan orang yang lain. Biasanya jika membahas soal harga beli dari perusahaan ke supplier terlalu rendah pasti banyak yang sependapat. Masalah harga terlalu rendah dalam bisnis supplier furnitur ekspor bukanlah masalah yang tidak dapat diatasi. Dengan strategi yang tepat, efisiensi operasional yang ditingkatkan, dan fokus pada nilai tambah, Anda dapat mengurangi risiko kerugian dan membangun bisnis yang berkelanjutan dalam industri furnitur ekspor. Jangan sampai lupa untuk mengupayakan efisiensi dalam rantai pasokan Anda untuk mengurangi biaya produksi. Ini bisa termasuk negosiasi harga bahan baku, peningkatan efisiensi produksi, dan manajemen inventaris yang lebih baik. Bangun reputasi yang kuat dengan fokus pada kualitas, keberlanjutan, dan integritas. Reputasi yang kuat dapat membantu Anda mempertahankan harga yang lebih tinggi. Pastikan kontrak kerjasama dengan perusahaan furnitur mencerminkan harga yang sesuai dengan biaya produksi Anda. Perbarui kontrak secara berkala untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Ingatlah bahwa kualitas dan reputasi adalah aset berharga yang dapat membantu Anda mempertahankan harga yang lebih baik untuk produk Anda. Saya Jati S Watorokito, sampai jumpa di artikel berikutnya. Semoga bermanfaat untuk Anda yang sedang menjadi pemasok tetap suatu perusahaan ekspor furnitur!