Fakta dan Asal-usul Ampo, Cemilan Khas Tuban Yang Dibuat Dari Tanah Liat

Ketika berbicara tentang kuliner khas Tuban, Jawa Timur, ada satu hidangan yang mencuri perhatian, yaitu Ampo. Ampo adalah makanan yang benar-benar unik karena dibuat dari bahan dasar tanah liat. Meskipun terdengar aneh, Ampo telah menjadi bagian penting dari budaya kuliner Tuban dan memiliki sejarah yang panjang yang mencerminkan warisan dan kearifan lokal. Namun apakah cemilan jenis ini aman dikonsumsi oleh semua orang atau hanya aman untuk masyarakat Tuban saja? Sebelum membahasnya lebih jauh, mari kita tengok asal-usulnya terlebih dahulu.

Asal Usul Ampo Khas Tuban

Sejarah Ampo Tuban dapat ditelusuri kembali hingga zaman kolonial Belanda. Pada masa itu, negara kita Indonesia sedang dijajah oleh Belanda. Pertempuran demi pertempuran selalu saja terjadi di seluruh Indonesia kala itu. Sedangkan untuk melaksanakan peperangan tersebut Belanda membutuhkan infrastruktur berupa jalan, jembatan, benteng, pertambangan, dan bangunan untuk berlindung. Banyak sekali masyarakat Tuban yang berperang dengan senjata seadanya, tidak seperti tentara Belanda yang bersenjata lengkap dan canggih. Oleh karena perbedaan itulah maka para pejuang di Tuban banyak yang ditangkap, disiksa, dibunuh, dan yang lebih beruntung adalah dibiarkan hidup untuk wajib kerja paksa/kerja Rodi untuk membangun infrastruktur disana.

Mereka diwajibkan terus bekerja tanpa diberi makan namun dilarang beristirahat, harus selalu giat bekerja. Belanda yang saat itu sudah menduduki Tuban merekrut para jawara untuk dijadikan tukang pukul yang bertugas untuk mengawasi para tawanan saat bekerja. Dibawah pengawasan para pengkhianat bangsa itu tawanan-tawanan yang sakit keras pun diwajibkan bekerja sampai mereka meregang nyawa satu persatu. Kebanyakan dari tawanan-tawanan yang gugur disebabkan karena sakit keras dan kelaparan. Sudah banyak bangunan yang selesai dibuat, pertambangan sudah dibuat, jalan dan benteng juga selesai dibuat, hanya saja masih kurangnya jembatan membuat para penjajah itu kesulitan untuk menyeberang. Maka dibangunlah jembatan. Dari pengalaman yang sudah terjadi sebelumnya, para pekerja mulai melihat alam sekitar, mereka melihat banyak tanah liat yang bisa dimanfaatkan untuk bertahan hidup. Tanah liat digunakan oleh para pekerja tambang, pekerja gedung, dan pekerja jembatan untuk menjaga ketahanan tubuh mereka selama berhari-hari di lokasi kerja mereka. Mereka akan membentuk tanah liat menjadi adonan lalu dibentuk bulat-bulat kecil panjang seperti stick dan ada juga yang dibentuk bulat lonjong seperti buah kopi, yang kemudian dikeringkan dan dibawa sebagai cadangan makanan.

Seiring berjalannya waktu, praktik ini berubah menjadi tradisi kuliner lokal. Tanah liat yang digunakan telah melewati proses penyaringan dan pemurnian, sehingga lebih aman untuk dikonsumsi. Tidak seperti masa penjajahan Belanda yang para tawanan membuat makanan itu murni dari tanah liat. Pada masa setelah kemerdekaan, bahan-bahan seperti ketan, kelapa parut, dan gula merah kemudian ditambahkan untuk menciptakan hidangan yang memiliki cita rasa unik, tekstur yang tidak keras dan memiliki kenikmatan tersendiri.

Cara Pembuatan Ampo

Pembuatan Ampo adalah proses yang cukup rumit. Tanah liat harus dipilih dengan hati-hati, dicuci lalu disaring dan dicuci lagi secara menyeluruh untuk menghilangkan kotoran dan zat berbahaya. Setelah itu, tanah liat dicampur dengan air hingga menjadi adonan yang kental. Proses selanjutnya adalah pemisahan antara adonan yang lebih padat dan cairan. Adonan padat ini kemudian dicetak menjadi sesuatu dalam berbagai bentuk sesuai selera, yaitu berbentuk lidi, berbentuk buah kopi, berbentuk pipa (mirip waferstick), dan tablet kecil (mirip biskuit crackers yang tipis itu lho). Setelah itu, berbagai bentuk tanah liat tadi dikeringkan di bawah sinar matahari selama beberapa hari hingga mengering. Setelah kering, Ampo-ampo itu siap untuk dikonsumsi. Biasanya, bagi masyarakat asli Tuban, Ampo ini disajikan biasa saja tanpa campuran dan kombinasi apapun. Untuk para wisatawan yang bukan asli Tuban biasanya membeli Ampo di Pusat Oleh-oleh Khas Tuban. Ampo untuk wisatawan ini biasanya disajikan bersama ketan, kelapa parut, dan gula merah yang membentuk kombinasi rasa manis, gurih, dan sedikit mineral yang sangat khas. Saya sendiri pernah mencicipi Ampo jenis ini, rasanya lumayan enak.....lebih nikmat kalau disantap bersama secangkir kopi panas di pagi hari. Tapi jika boleh memilih, saya akan memilih pergi ke Alfamart untuk membeli biskuit saja :D

Sarana Penghidangan dan Nilai Budaya

Ampo bukan hanya tentang rasa, tetapi juga tentang budaya dan tradisi. Hidangan ini sering kali disajikan dalam acara-acara khusus seperti pernikahan, upacara adat, dan festival lokal. Selain itu, Ampo juga dianggap memiliki nilai-nilai penyatuan dan kebersamaan, karena proses pembuatannya memerlukan kerjasama antara berbagai anggota komunitas Tuban. Ampo Tuban adalah contoh unik dari bagaimana sebuah tradisi yang awalnya muncul sebagai kebutuhan praktis telah berkembang menjadi warisan kuliner yang berharga. Hidangan ini bukan hanya tentang rasa yang lezat, tetapi juga tentang sejarah, budaya, dan identitas komunitas Tuban. Jika Anda pernah berkesempatan mengunjungi Tuban, mencoba Ampo adalah salah satu pengalaman kuliner yang tidak boleh dilewatkan, karena ini adalah cerminan dari warisan dan kekayaan budaya yang unik.

Nah, sebagai perbandingan, saya akan menjelaskan kepada para pembaca sekalian tentang efek samping mengkonsumsi makanan dengan bahan dasar tanah liat seperti halnya Ampo diatas itu tadi. Penjelasan dibawah ini adalah hasil tanya jawab saya dengan para ahli kesehatan di berbagai forum online dan juga tanya jawab saya dengan beberapa dokter dari berbagai situs, alodokter dot com, halodoc dot com, dan hellosehat dot com.

Markili, mari kita lihat....

Sejak zaman kuno, beberapa masyarakat di seluruh dunia telah menggunakan tanah liat sebagai bahan dasar dalam pembuatan makanan. Namun, praktik ini sering kali menimbulkan kontroversi dan kebingungan. Artikel ini akan menggali lebih dalam tentang makanan yang terbuat dari tanah liat, menguraikan mitos dan fakta di sekitarnya, serta membahas dampaknya pada kesehatan manusia.

Sejarah Praktik Mengonsumsi Tanah Liat

Penggunaan Tradisional: Sejumlah kelompok masyarakat, terutama di Afrika, Amerika Selatan, dan Asia, telah lama menggunakan tanah liat dalam berbagai bentuk sebagai bagian dari diet mereka. Makanan yang terbuat dari tanah liat biasanya ditemukan dalam bentuk adonan atau tablet yang dicampur dengan bahan-bahan lain.

Tujuan Penggunaan: Praktik ini memiliki beberapa tujuan yang berbeda, termasuk mengurangi rasa lapar, mengatasi gangguan pencernaan, serta mengontrol toksin dalam tubuh. Tanah liat sering dianggap memiliki kemampuan untuk menyerap racun dalam sistem pencernaan.

Mitos vs Fakta 

Mitologi dan Bukti Ilmiah: Dalam beberapa budaya, tanah liat dikaitkan dengan mitos dan keyakinan spiritual. Di beberapa tempat, penggunaan tanah liat diyakini dapat menghubungkan individu dengan alam atau memiliki efek penyembuhan khusus. Namun faktanya, klaim semacam ini belum dapat dibuktikan secara ilmiah.

Keselamatan dan Risiko: Meskipun banyak yang berpendapat bahwa tanah liat dapat mengurangi keracunan makanan atau membantu pencernaan, ada risiko yang terkait dengan mengonsumsi tanah liat. Tanah liat dapat mengandung berbagai zat berbahaya seperti logam berat dan mikroorganisme patogen yang tidak dapat diberantas dengan hanya mengandalkan zat antibodi yang dimiliki manusia..

Dampak pada Kesehatan Manusia

Bahaya pada Kesehatan: Konsumsi tanah liat dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan pencernaan, obstruksi usus, dan keracunan logam berat seperti timbal dan arsenik. Ini khususnya berbahaya bagi anak-anak dan wanita hamil.

Kontroversi dalam Penggunaan Medis: Beberapa produk obat-obatan, seperti adsorben (yang berfungsi menyerap racun dalam tubuh), mengandung bentonit, jenis tanah liat tertentu. Namun, penggunaannya harus diawasi dan direkomendasikan oleh profesional medis.

Dari semua hal tersebut dapat kita simpulkan bahwa mengkonsumsi Ampo itu sah-sah saja karena Ampo adalah termasuk dalam kuliner lokal yang dibuat secara hati-hati. Akan tetapi khusus untuk anda yang masih coba-coba, jangan terlalu banyak. Memakan makanan yang terbuat dari tanah liat adalah praktik yang telah ada selama berabad-abad, namun masih menjadi sumber kontroversi dan risiko kesehatan masih tanda tanya. Sementara beberapa masyarakat mungkin melihatnya sebagai tradisi atau sarana untuk mengatasi masalah pencernaan, bukti ilmiah menunjukkan bahaya yang terkait dengan konsumsi tanah liat. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami risiko yang terlibat dan berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum memutuskan untuk mencoba praktik semacam ini. Dalam konteks modern, pilihan makanan yang sehat dan aman sebaiknya menjadi prioritas utama dalam menjaga kesehatan dan kesejahteraan kita. Intinya: mengkonsumsi Ampo itu aman bagi anda yang sudah terbiasa melakukannya, namun demikian jangan terlalu banyak. Sedangkan bagi anda yang baru level coba-coba, satu biji saja sudah cukup. Itulah yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat! Saya Jati S Watorokito, sampai jumpa di artikel berikutnya.