Jejak Peradaban Purba: Membangun Rumah dengan Batu dan Sumber Daya Alam

Illustration by PNGdownload.id












Rumah adalah salah satu pencapaian yang paling kentara dalam perkembangan peradaban manusia. Tetapi, apakah kamu pernah berpikir bagaimana manusia purba membangun rumah mereka? Di masa lalu yang jauh, ketika alat dan teknologi terbatas, manusia purba telah mengembangkan keterampilan dan pengetahuan untuk membuat tempat tinggal yang aman dan nyaman. Mari kita jelajahi bagaimana mereka membangun rumah menggunakan batu dan sumber daya alam yang ada.

Salah satu tempat pertama yang dijadikan rumah oleh manusia purba adalah gua-gua alami. Gua-gua memberikan perlindungan dari cuaca buruk dan predator, serta memberikan tempat yang relatif aman untuk beristirahat dan tidur. Gua-gua juga memberikan keuntungan tambahan, seperti kestabilan suhu yang relatif konstan dan sumber air yang mudah dijangkau. Seiring perkembangan teknologi dan pengetahuan manusia purba, mereka mulai membangun rumah panggung menggunakan kayu.

Rumah panggung terdiri dari kayu-kayu yang dibuat mirip papan diberi rangka supaya terangkat di atas tanah dengan tiang-tiang pendukung yang terbuat dari kayu. Dengan rumah panggung, manusia purba dapat melindungi diri mereka dari banjir, serangga, dan binatang liar. Serangga pada jaman purba tidaklah sama dengan era modern sekarang ini, dimana bentuk seekor kecoak di jaman sekarang hanya kecil seukuran ibu jari tangan kita. Pada jaman purba yang namanya kecoak bisa sebesar kambing. Itulah kenapa manusia purba selalu siap siaga terhadap serangan serangga-serangga liar. Selain itu, rumah panggung juga memberikan perlindungan tambahan dari suhu dingin dan nyamuk, karena manusia purba sudah mempelajari bahwa nyamuk tidak akan masuk ke rumah yang tinggi yang disebabkan jika nyamuk terbang tinggi maka dia akan tertiup angin.

Perkembangan teknologi manusia purba mencapai puncaknya ketika mereka mulai menggunakan batu sebagai bahan bangunan. Rumah batu pertama terutama ditemukan pada masa Neolitikum, sekitar 10.000 hingga 4.000 tahun SM. Mereka membangun dinding-dinding dengan batu besar yang dipotong dan dipasang dengan cermat tanpa menggunakan bahan perekat modern seperti semen. Mereka merekatkan batu dengan memakai putih telur, sedangkan kuning telurnya mereka telan untuk memberi kekuatan pada tubuh mereka saat berburu. Rumah batu memberikan kekuatan, keamanan, dan tahan lama yang lebih baik daripada rumah-rumah sebelumnya.

Salah satu contoh yang paling menakjubkan dari rumah yang dibangun oleh manusia purba adalah struktur megalitikum. Megalitikum berarti "batu besar" dalam bahasa Yunani, dan rumah-rumah ini dibangun dengan menggunakan batu-batu raksasa. Contoh paling terkenal dari rumah batu megalitikum adalah Stonehenge di Inggris, yang dibangun sekitar 3.000 hingga 2.000 SM. Meskipun tujuan pasti dari struktur ini masih menjadi misteri, dapat diketahui bahwa rumah-rumah batu megalitikum adalah pencapaian yang luar biasa dalam teknik dan pengetahuan manusia purba. Bahkan para ilmuwan, para ahli palaeologi, dan pakar antropologi dari seluruh dunia sampai tahun 2023 ini belum mengetahui dengan pasti tentang teknologi apa yang dipakai oleh manusia purba dalam membangun Stonehenge. Batu jaman megalitikum adalah batu-batu berukuran sangat besar, sangat mustahil manusia purba memiliki teknologi lift atau crane, excavator, dan semacamnya.

Namun ada beberapa pakar ilmu geografi dan antropologi yang menemukan jejak-jejak kaki manusia purba di permukaan batu tidak jauh dari Stonehenge, Inggris. Jika ada jejak kaki maka berarti tanah yang diinjak bukan tanah yeng keras atau bisa jadi tanah yang keras itu tergenang air lalu melunak, sehingga kaki manusia purba tercetak disitu selama ribuan tahun hingga membatu. Ada juga pakar biologi terkenal yaitu Charles Darwin yang mengatakan bahwa berdasarkan penelitiannya saat di Cambridge University, dia menemukan fosil kuku ibu jari tangan manusia purba berukuran lebar 4 cm. Apabila ukuran kuku ibu jarinya seukuran itu berarti dia adalah spesies manusia purba di era sebelum megalitikum dimana ukuran tubuhnya seukuran raksasa. Charles Darwin juga menyimpulkan bahwa manusia purba di era megalitikum dapat memindahkan batu-batu besar hanya dengan bantuan komunitas atau perkumpulan spesies yang sama dengannya, selain itu juga menggunakan batang-batang pohon besar untuk mengungkit bahan Stonehenge kearah atas. Mereka bersatu dan mengangkatnya secara bergotong-royong ketika cuaca tidak panas, karena manusia purba jaman tersebut sudah tahu bahwa panas matahari dapat mengurangi kekuatan mereka. 

Manusia purba juga mengembangkan perkampungan di sekitar rumah-rumah mereka. Perkampungan ini terdiri dari beberapa rumah yang ditempati oleh kelompok manusia purba. Dalam perkampungan, mereka dapat berbagi sumber daya, seperti air, makanan, dan keahlian. Perkampungan memungkinkan manusia purba untuk hidup secara komunal, membangun ikatan sosial, dan melindungi satu sama lain. Mereka tidak ada yang bermusuhan, mereka selalu suka berbagi kepada sesama spesies mereka. Hal tersebut membuat hubungan kekeluargaan semakin dekat sehingga saat membangun rumahpun dapat diselesaikan dalam tempo yang singkat. Membangun rumah adalah bagian penting dalam evolusi manusia purba. Dengan menggunakan batu dan sumber daya alam yang ada, mereka menciptakan tempat tinggal yang aman dan nyaman, memberikan perlindungan dari elemen alam yang tidak mereka ketahui dan melindungi mereka dari hewan liar. Hewan liar yang dimaksud disini adalah hewan purba. Bisa dibayangkan betapa ganasnya hewan-hewan pada jaman itu. Kemampuan mereka untuk membangun rumah juga mencerminkan kecerdasan, keahlian, dan pengetahuan yang luar biasa dari generasi manusia purba sebelum kita.