Fakta Wanita Jepang Berdasarkan Keunikan Mereka Dalam Budaya Tradisional

Photo by Satoshi Hirayama on Pexels

Seminggu yang lalu saya sempat membeli buku di amazon dot com untuk sekedar menambah pengetahuan saya dan sekaligus untuk mengobati rasa ingin tahu saya tentang banyak hal. Buku itu berjudul Stranger in the Shogun's City: A Japanese Woman and Her World karya Amy Stanley yang berisi tentang banyak hal tentang wanita Jepang, terutama fakta-fakta wanita Jepang yang selama ini kita semua tahu hanya sebatas garis besarnya saja. Khusus dalam artikel kali ini saya ingin membagikan sebagian kecil isi buku tersebut kepada para pembaca blog Jatigift di masa sekarang maupun yang akan datang dimanapun Anda berada. Saya sengaja ingin membagikan sebagian kecil saja soalnya kalau lebih banyak takutnya malah bosan, meskipun sebenarnya banyak yang menarik dari buku ini tapi terpaksa saya sensor karena takutnya ditiru oleh anak-anak remaja dengan alasan terinspirasi.

Meskipun begitu akan tetap saya uraikan secara berurutan dari 7 halaman yang saya baca. Wanita Jepang tradisional telah memainkan peran yang signifikan dalam sejarah dan budaya Jepang. Dalam budaya yang kaya dan beragam ini, wanita memainkan peran yang unik dan sering kali menghadapi tantangan sosial yang kompleks. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi beberapa fakta menarik tentang wanita Jepang tradisional. Maksud saya bukan tradisional primitif tetapi sudah masuk jaman modern, hanya saja mereka tetap mempertahankan tradisi pendahulunya. Di Jepang tradisional, wanita diberikan peran utama sebagai ibu dan pengurus rumah tangga. Mereka bertanggung jawab atas pemeliharaan rumah, mengurus anak-anak, dan merawat keluarga. Meskipun peran ini sering kali membatasi kebebasan mereka, wanita Jepang tradisional dikenal karena dedikasi dan kesetiaan mereka terhadap keluarga.

Meskipun begitu, semua yang didengar orang jaman sekarang yang mengatakan bahwa wanita jepang tradisional itu selalu dikekang itu sepenuhnya salah. Justru para orang tua jaman dulu mengajari mereka cara hidup yang baik dari mulai tidur sampai bangun tidur dan dari bangun tidur sampai menjelang tidur. Orang tua mereka juga memberikan tugas khusus pada putri-putri mereka untuk belajar mengenai adat ketimuran, adat kesopanan, tata krama, berbahasa yang baik, merawat diri, membela kehormatan keluarga, memasak, merawat rumah tangga, dan sebagainya. 

Sedangkan untuk putra-putra mereka, para orang tua jaman dulu mengajarkan beladiri Karate, kekuatan fisik, cara melindungi keluarga, bekerja keras, berdagang, dan sebagainya. Wanita Jepang tradisional juga sangat dihargai karena keindahan dan keanggunan mereka. Kimono, pakaian tradisional Jepang, dipakai dengan kemuliaan oleh wanita Jepang. Wanita jepang tradisional sering menghabiskan banyak waktu dan upaya untuk merawat penampilan mereka dan mengikuti standar kecantikan yang ketat mulai dari usia remaja. Sejak usia remaja mereka sudah pandai menghaluskan kulit, merawat muka dan semua bagian tubuh mereka, menjaga kebersihan sehingga selalu wangi meskipun baru bangun tidur. Apapun yang diajarkan orang tua mereka akan selalu mereka terapkan untuk diri sendiri maupun keturunan mereka kelak.

Dalam kehidupan bermasyarakat, wanita tradisional Jepang selalu aktif bahu-membahu dengan warga masyarakat lainnya terutama saat ada upacara pernikahan tradisional di pemukiman mereka, tak ada satupun wanita yang pergi atau membolos, mereka semua bekerja sama dengan baik. Pada upacara pernikahan tradisional Jepang di zaman Edo pada tahun 1603-1868, ada segolongan wanita yang sangat dipuja-puja dan diidolakan oleh para pria di jaman itu. Namanya Oiran. Para pria disana memanggilnya dengan nama Oiran-Totemo Utsukushī Josei adalah wanita dengan kecantikan yang tidak bisa dibayangkan oleh laki-laki, dengan kehalusan kulit yang tidak bisa dibandingkan dengan bayi, yang dikenal karena keindahan, keahlian seni tari, dan keterampilan musik. Meskipun Oiran adalah juga termasuk wanita tradisional Jepang tetapi mereka berbeda. Oiran adalah wanita yang kaya dan sangat disanjung-sanjung oleh masyarakat kala itu. Mereka adalah wanita yang berpengaruh kuat terhadap para bangsawan, khususnya pria-pria kaya di jaman itu dengan menawarkan hiburan kepada pria-pria kaya di distrik yang sudah ditentukan. Oiran terkenal dengan pakaian mereka yang mewah dan gaya hidup yang berbeda dari wanita Jepang tradisional lainnya.

Serupa dengan Oiran, wanita Jepang tradisional yang berasal dari masyarakat biasa juga terkenal karena kontribusi mereka dalam seni tradisional seperti seni rambut, karya sulam, dan kerajinan tangan lainnya. Mereka menguasai teknik-teknik yang rumit dan mempertahankan warisan budaya ini dari generasi ke generasi. Meskipun wanita Jepang tradisional memiliki peran yang penting dalam keluarga dan seni, mereka juga menghadapi pembatasan sosial yang ketat. Mereka sering kali tidak diizinkan untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik atau mendapatkan pendidikan yang setara dengan pria. Namun, beberapa wanita Jepang tradisional terkenal berhasil mengatasi pembatasan ini dan mencapai prestasi luar biasa dengan cara belajar secara otodidak dari suami-suami mereka, dari saudara-saudara pria mereka. Hal itu mereka lakukan untuk mempersiapkan generasi mereka menghadapi era modern.

Dengan masuknya Jepang ke era modern, peran wanita Jepang tradisional mulai berubah. Wanita-wanita ini semakin terlibat dalam pendidikan, karier, dan berbagai kegiatan masyarakat. Mereka mulai memperoleh kesempatan yang lebih besar untuk mengejar impian dan tujuan pribadi mereka. Wanita Jepang tradisional yang hidup di kota kecil juga mengikuti sejumlah tradisi dan aturan budaya yang khas. Meskipun ada perbedaan dalam pengalaman dan kesempatan antara wanita di kota besar dan yang ada di kota kecil, beberapa aspek penting dari kehidupan wanita Jepang tradisional tetap relevan di kedua lingkungan tersebut.

Wanita Jepang tradisional yang tinggal di kota kecil sering kali memainkan peran penting dalam pengelolaan rumah tangga mereka. Mereka bertanggung jawab untuk memasak, membersihkan, dan merawat kebersihan rumah. Mereka juga sering menjadi pengurus keuangan keluarga dan mengelola belanjaan sehari-hari. Mereka juga terlibat dalam kegiatan masyarakat yang lebih lokal dan terpusat di sekitar komunitas mereka. Mereka dapat terlibat dalam kelompok tani, kelompok seni tradisional, atau kelompok amal lokal. Partisipasi dalam kegiatan ini memungkinkan wanita untuk menjaga hubungan sosial dan membangun ikatan dengan sesama anggota masyarakat, baik dengan sesama yang seumuran ataupun dengan orang yang lebih tua.

Selain itu mereka juga pandai merawat dan mempertahankan warisan budaya lokal. Mereka dapat terlibat dalam praktik seni tradisional seperti kerajinan tangan, sulam, atau upacara tradisional. Mereka berfungsi sebagai penjaga pengetahuan dan keterampilan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi yang ditujukan untuk upacara keagamaan saat menyembah Dewa Matahari maupun untuk tujuan memeriahkan festival lokal yang merupakan bagian penting dari kehidupan di kota kecil Jepang. Wanita Jepang tradisional berperan dalam mempersiapkan dan merayakan festival tersebut, yaitu sebagai pasukan inti yang terlibat dalam menyiapkan makanan khas festival, membuat pakaian tradisional, dan berpartisipasi dalam tarian dan pertunjukan khas festival.

Hampir sama dengan kebiasaan kebanyakan orang Jepang modern di waktu pagi yang selalu berperan penting dalam memeriksa semua sudaut rumahnya dan semua keamanan rumahnya, wanita Jepang tradisional di kota kecil juga memiliki peran penting dalam upacara tradisional seperti pernikahan, upacara minum teh, dan upacara keagamaan. Mereka memegang tanggung jawab untuk menghormati adat istiadat dan menjalankan tugas-tugas yang ditetapkan dalam upacara tersebut yang sudah berlangsung turun-temurun.

Meskipun wanita Jepang tradisional di kota kecil masih mengikuti beberapa tradisi yang sama dengan wanita di kota besar, lingkungan kota kecil mungkin lebih mempertahankan nilai-nilai dan norma-norma tradisional. Namun, perubahan sosial dan modernisasi juga telah mempengaruhi kehidupan wanita di kota kecil Jepang, dengan banyak dari mereka mendapatkan akses yang lebih besar terhadap pendidikan, karier, dan kesempatan di luar rumah tangga mereka. Sekian & sampai jumpa di artikel selanjutnya.